KEPRIBADIAN, NILAI DAN GAYA HIDUP



A.                Kepribadian
Kata kepribadian berasal dari kata pribadi (personality). Pengertian kepribadian sangat banyak dan berbeda-beda. Umumnya kepribadian adalah karakteristik psikologis seorang individu yang relatif tetap terhadap keputusan akhir suatu objek dilingkungannya. Adapun teori kepribadian sebagai berikut :
1.      Sigmund Freud (Psikoanalisis Klasik) 1856 – 1939
Struktur kepribadain, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadara, yakni sadar (conscious), Pra sadar (preconscious), dan tidak sadar atau bawah sadar (unconscious mind). Id, ego, dan superego. Id berkaitan dengan prinsip kesenangan, ego berkaitan dengan prinsip kenyataan, sedangkan superego berkaitan dengan menjaga moral atau kata hati.



2.      Alfred Adler (Psikologi Individual) 1870 – 1937
Struktur kepribadaian, manusia adalah makhluk sosial dan individual. Pada teori ini dijelaskan bahwa individualitas sebagai pokok persoalan. Pandangan Teleologis yakni Finalisme Semu, Dua Dorongan Pokok, adalah dorongan kemasyarakatan, dorongan keakuan, rasa rendah diri dan kompensasi pendorong bagi segala perbaikan dalam kehidupan manusia. Gaya hidup adalah prinsip yang dipakai landasan untuk memahami tingakah laku seseorang.
3.      Karen Horney (1885 – 1952)
Teori kepribadian dimana dasar kepribadian terbentuk pada tahun-tahun pertama kehidupan anak. Faktor sosial (hubungan orang tua dengan anak) sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian. Horney menekankan faktor budaya dibandingkan dengan faktor biologis manusia, terutama yang berkaitan dengan perbedaan gender. Anak-anak memulai hidupnya dengan basic anxiety, tapi hal itu dapat diatasi dengan pengasuhan yang memadai dari orang tua maupun orang lain.
4.      Harry Stack Sulivan
Factor sosial (proses akulturasi) menentukan perkembangan psikologis. Menurut teori ini, pengalaman-pengalaman terdiri dari :
a.       Pengalaman prototasik
b.      Pengalaman parataksik
c.       Pengalaman sintaksik
Ada tujuh tahapan perkembangan, yakni :
a.       Infancy (masa kelahiran sampai mampu berbicara)
b.      Childhood (masa kanak-kanak)
c.       Juvenile (usia 5-11 tahun)
d.      Preadolescence (masa pradewasa)
e.       Early adolescence (masa dewasa awal)
f.       Late adolescence (masa dewasa akhir)
g.      Adulthood (masa dewasa/ sebagai orang tua)
5.      Erich Fromm (1900-1980)
Manusia melarikan diri dari kebebasan, karena manusia tidak dapat dipisahkan dari alam dan orang lain. Semakin bebas manusia semakin ia merasa kesepian, tidak berarti dan terasing. Manusia menemukan rasa aman jika bersatu dan bekerjasama dengan orang lain. Ada dua cara untuk memperoleh makna dari kebersamaan dalam kehidupan, yaitu: mencapai kebebasan positif tanpa mengorbankan kebebasan dan integritas pribadi , dan memperoleh rasa aman dengan meninggalkan kebebasan.
6.      Adolf Meyer
Pada teori ini, meyer melakukan pendekatan untuk pasien penyakit jiwa yang mencakup, meneliti dan mencatat semuanya, baik psikologis biologis, dan sosial yang relevan dengan factor kasus. Sehingga penekanannya pada pengumpulan sejarah kasus rinci untuk pasien, terhadap latar belakang sosial dan lingkungan yang membesarkan pasien.
7.      Carl Gustav Jung (1875-1961)
Menurut Jung, konsep ada tiga macam, yaitu Personality function, psyche adalah merupakan gabungan atau sejumlah dari keseluruhan isi mental, emosional dan spiritual seseorang, dan self adalah kepribadian total (total personality) baik sadar maupun dibawah sadar. Jung memandang manusia sangatlah unik karena mempunyai begitu banyak kepribadian yang beragam antara individu satu dengan lainnya. Ia membedakan istilah antara ambang sadar (subconscious) dan bawah sadar (unconscious).
8.      Gordon W Allport (1897-1967)
Kepribadian adalah sebuah organisasi dinamis didalam sistem psikis dan fisik individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya. Unit dasar dari kepribadian adalah trait (kumpulan kata-kata yang biasanya digunakan oleh orang untuk mendeskripsikan individu) yang keberadaannya bersumber pada sistem saraf. Allport percaya bahwa trait menyatukan dan mengintegrasikan perilaku seseorng dengan mengakibatkan seseorang melakukan pendekatan yang serupa (baik tujuan maupun rencananya) terhadap situasi-situasi yang berbeda. Factor genetic dan lingkungan sama-sama berpengaruh dalam menentukan perilaku manusia.

Dari teori-teori diatas, perusahaan dapat memprediksi perilaku konsumen lewat pengetahuan tentang kepribadiannya Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisis pilihan merek konsumen. Asumsinya adalah bahwa merek juga memiliki kepribadian, dan bahwa konsumen mungkin memilih merek yang kepribadiannya cocok dengan kepribadian dirinya. Kita dapat mengartikan kepribadian merek sebagai bauran spesifik atas ciri-ciri bawaan manusia yang bisa dikatakan dimiliki oleh merek tertentu.
Selanjutnya dalam pengambilan keputusan pembelian, konsumen menganalisis beberapa merek terkenal dan menemukan bahwa sejumlah merek tersebut canderung kuat pada satu ciri bawaan tertentu. Implikasinya adalah merek-merek itu akan menarik orang-orang yang tinggi pada ciri bawaan kepribadian yang sama. Kepribadian merek bisa memiliki beberapa atribut, sebagai contoh merek Levi’s memberi kesan kepribadian yang juga muda, urakan, otentik, dan bergaya Amerika. Perusahan memanfaatkan ciri, layanan, dan pembentukan citra produk untuk memancarkan kepribadian produk.
Para konsumen sering memiliki dan menggunakan merek yang memiliki kepribadian merek yang konsisten dengan ‘konsep diri aktual’ mereka sendiri atau bagaimana seseorang memandang dirinya, walaupun dalam kasus yang sama pencocokan mungkin didasarkan pada ‘konsep diri ideal’ (memandang dirinya ingin seperti apa) atau bahkan ‘konsep diri orang lain’ (menganggap orang lain memandang dirinya seperti apa) dan bukan ‘citra diri aktual’. Dipihak lain, konsumen yang ‘pantauan dirinya tinggi’ yakni, peka terhadap bagaimana orang lain melihat mereka, lebih mungkin memiliki merek yang kepribadiannya cocok dengan situasi konsumen.

B.                 Skala Nilai Konsumen
Pola yang dapat dilihat dari nilai adalah perubahan perilaku dan alasan seseorang dalam membelanjakan uang atau sember daya yang mereka kelola dan mereka miliki. Semakin tinggi mereka menilai dari suatu barang dan jasa terhadap kehidupan, maka semakin tinggi pula apresiasi mereka dalam memandang barang dan jasa tersebut dari segi konsumsi. Nilai memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat karena nilai sendiri merupakan ukuran mengenai baik dan buruk, benar dan salah, pantas dan tak pantas. Nilai sangat mencerminkan suatu kualitas pilihan dalam tindakan dalam hal apapun termasuk melakukan pembelian.
            Teori nilai juga terbagi menjadi dua teori nilai objektif dan teori nilai subjektif. Yang termasuk teori nilai objektif yaitu teori biaya produksi dari Adam smith, teori dari biaya produksi tenaga kerja dari David ricardo, teori nilai lebih dari Karl mark, teori nilai reproduksi dari Carey, teori nilai pasar dari Humme dan Locke. Sementara teori nilai subjektif yang terkenal yaitu hukum Gossen 1, hukum Gossen 2, dan Carl Menger. Menurut hukum Gossen 1 nilai suatu barang bagi konsumen yang mengkonsumsinya berkurang jika semakin banyak barang tersebut dikonsumsi. Menurut hukum Gossen 2 manusia akan memuaskan kebutuhan yang beraneka ragam sampai mencapai tingkat intensitas yang sama. Menurut Menger nilai lebih ditentukan oleh faktor subjektif (kepuasan atau permintaan) dibandingkan faktor objektif (biaya produksi atau permintaan). Nilai berasal dari kepuasan manusia oleh karena kebutuhan menusia lebih banyak dari barang yang tersedia maka manusia akan memilih secara rasional diantara semua barang alternatif yang tersedia.
            Skala pengukuran nilai konsumen ada beberapa jenis, yaitu
a.       Skala Nominal
Skala yang paling sederhana disusun menurut jenis/kategori atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik lainnya.

b.      Skala Ordinal
Skala ordinal adalah skala yang didasarkan pada ranking diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya. Analisis statistic yang digunakan ialah statistic non parametric.
c.       Skala Interval
Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Dalam skala ini, skala sikap (Likert, Guttman,Diferensial Semantik,Scale, dan Thurstone) termasuk didalamnya.
d.      Skala Ratio
Skala ratio adalah skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama. Misalnya umur manusia dan ukuran timbangan keduanya tidak memiliki angka nol negative. Artinya seseorang tidak dapat berumur dibawah nol tahun dan seseorang harus memiliki timbangan diatas nol pula.
Sesuatu yang dianggap benar, maka orang tersebut sulit mengubah pendiriannya. Kalaupun pendirian tersebut berubah maka perubahannya tidak terjadi dalam waktu pendek melainkan terjadi secara incremental. Hal ini sejalan dengan pendapat Hofstede yang mengatakan bahwa setiap individu telah memiliki mental program yang disebut individual mental programming. Kriteria untuk menentukan nilai biasanya didasarkan pada pertimbangan moralitas yakni hal-hal yang seharusnya (ought to) atau sesuatu yang baik (good). Nilai (value) dengan demikian merupakan sesuatu yang seharusnya (bersifat ideal) yang biasa disebut espouse values dan bukan merupakan sesuatu yang sesunggungnya (value in use). Dalam batas-batas tertentu, norma perilaku juga sering dianggap sama dengan values dan menjadi pedoman untuk berperilaku. Konsep nilai seperti dikemukakan Rokeach dan William Jr. sering disebut sebagai personal atau individual values.
Contoh nilai-nilai kerja misalnya job involvement dan komitmen.Bukan hanya setiap disiplin ilmu memahami konsep nilai dengan cara berbeda, dalam bidang studi organisasi, termasuk studi prilaku organisasi, istilah nilai juga dipahami secara bervariasi. Ada yang menganggap bahwa konsep nilai lebih dekat dengan konsep filosofi atau ideologi dan ada juga yang mengatakan bahwa konsep nilai lebih dekat dengan sikap (attitude) seseorang. Terlepas dari perbedaan-perbedaan tersebut, bidang studi organisasi pada awalnya hanya mengkaitkan konsep nilai dengan pelaku organisasi (aktornya) yang disebut nilai-nilai personal atau individual (personal values atau individual values) dan dengan pekerjaan, disebut nilai-nilai kerja (work values atau work related values).
Adapun dampak dari nilai-nilai dalam menentukan permintaan pasar adalah :
1.      Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.
2.      Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaza dan kepribadian individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya. Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya. Orang Yogya akan memenuhi kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan memuaskan keinginannya dengan makanan sukayaki dll.
3.      Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan menusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
C.                Konsep Gaya Hidup Konsumen dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku
            Pola yang dilihat dari gaya hidup seseorang sebenarnya tidak berbeda jauh dengan pola yang dilihat dari kepribadian maupun nilai. Tetapi yang membedakannya adalah dalam gaya hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh pergaulan dan lingkungan sekitar. Gaya hidup adalah cara hidup, yang diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang. Mowen dan Minor menyatakan bahwa penting bagi pemasar untuk melakukan segmentasi pasar dengan mengidentifikasi gaya hidup melalui pola perilaku pembelian produk yang konsisten, penggunaan waktu konsumen, dan keterlibatannya dalam berbagai aktivitas. Mowen dan Minor juga menegaskan bahwa gaya hidup merujuk pada bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Hal ini dinilai dengan bertanya kepada konsumen tentang aktivitas, minat, dan opini mereka, gaya hidup berhubungan dengan tindakan nyata dan pembelian yang dilakukan konsumen sendiri.
            Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan konsumen secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang bepergian bersama keluarga, berbelanja, melakukan aktivitas yang dinamis, dan ada pula yang memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan sosial-keagamaan. Kasali menyatakan bahwa gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang.
Pengukuran ganda perilaku individu digunakan di dalam analisis perilaku konsumen. Kepribadian mempunyai efek atas pembelian, namun gaya hidup memiliki efek yang lebih besar. Tentu saja sumber daya seperti pendapatan dan waktu juga memberikan efek yang penting. Ancangan elektrik terhadap gaya hidup adalah yang paling praktis untuk mengembangkan strategi pemasaran. Tujuannya adalah mengerti konsumen sebaik mungkin. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu terhadap pengambilan keputusan konsumen :
a.       Sikap orang lain
b.      Faktor situasi tak terduga
Konsumen mungkin membentuk kecenderungan pembelian berdasar pada pendapatan yang diharapkan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan.
Ada 5 tahap proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari :
1.      Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian bermula dari pengenalan kebutuhan (need recognition)-pembelian mengenali permasalahan atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan.
2.      Pencarian Informasi
Konsumen yang tergerak mungkin mencari dan mungkin pula tidak mencari informasi tambahan. Jika dorongan konsumen kuat dan produk yang memenuhi kebutuhan berada dalam jangkauannya, ia cenderung akan membelinya.
3.      Pengevaluasian Alternatif
Cara konsumen memulai usaha mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen individual dan situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan pikiran yang logis.
4.      Keputusan Pembeli
Tahap pengevaluasian, konsumen menyusun peringkat merek dan membentuk kecenderuangan (niat) pembelian. Secara umum, keputusan pembelian konsumen akan membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul diantara kecenderungan pembelian dan keputusan pembelian.
5.      Perilaku Setelah Pembelian
Pekerjaan pemasar tidak hanya berhenti pada saat produk dibeli. Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas dan akan masuk ke perilaku setelah pembelian yang penting diperhatikan oleh pemasar.



Sumber :
2.      Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, 2007, Manajemen Pemasaran, Edisi 12, Jilid 1, PT Indeks,  Jakarta.
3.      http://nonaninda.blogspot.co.id/2012/11/kepribadian-nilai-dan-gaya-hidup.html
4.      http://saputro64.blogspot.co.id/2013/01/pengaruh-kepribadian-nilai-dan-gaya.html
5.      http://dedylondong.blogspot.co.id/2012/04/kepuasan-pelanggan-customer.html
6.  https://sitihindun94.wordpress.com/2015/01/07/tugas-ke-2-softskill-kepribadiannilai-dan-gaya-hidup-pengaruh-sikap-dan-perilaku-konsumen-pengaruh-kebudayaan-terhadap-pembelian-konsumsi/

8.      Riduwan, 2008, Belajar Mudah PEnelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, cetakan 5, Alfabeta, Bandung.


Comments